Saturday, November 20, 2021

Menjaring Ikan Julung di Siri Sori Islam Menggunakan Jaring Arumbai

Secara klasifikasi, ikan julung termasuk dalam suku hemiramphidae. Ikan ini hidupnya biasa berkelompok. Habitat asli ikan ini hidup di zona epipelagig kawasan permukaan laut daerah perairan atau lautan hangat di dunia. Ikan julung dewasa biasanya memiliki ukuran sekitar 30 centimeter sampai 45 centimeter. Makanan ikan julung adalah ganggang hijau, rumput laut dan diatom. Untuk menemukan kawanan ikan julung, kita bisa menjumpainya diwilayah pantai yang dipenuhi pegetasi. 

Ikan julung memiliki bentuk fisik yang panjang seperti ikan serui dengan mulutnya panjang disertai lidi panjang didepan mulutnya. Hal demikian dapat membantu ikan tersebut bergerak lincah dan super cepat saat berenang dipermukaan air. Ikan julung memiliki sisik yang lunak dan sangat berbau amis. 

Menjaring ikan julung

Ikan julung suka menghampiri permukaan laut sampai kedalaman 200an meter. Di saat malam hari atau menjelang malam, ikan julung menghampiri perairan dengan tujuan untuk bertelur. Sedangkan di siang hari gerombolan ikan julung ini menghampiri dasar laut. Perilaku lain ikan yang biasa kita jumpai di laut adalah ikan julung suka melompat dan meluncur keluar permukaan laut untuk menampakan dirinya atau saat diserang ikan predator lain. 

Di Maluku pada umumnya, ikan julung ini biasa ditangkap menggunakan perangkap jaring. Perangkap jaring ini sendiri bisa menggunakan perahu besar dan kecil. Ikan julung ini terbilang liar dan lincah. Menangkap menggunakan jaring juga terbilang sulit tergantung keahlian dan profesionalnya para nelayan. 

Di pulau Saparua terkhusus Negeri Siri Sori Islam, Para nelayan biasanya mengakap ikan julung menggunakan perangkap berupa jaring. Jaring yang digunakan terbilang tradisional dan masih mengandalkan tenaga manusia. Beda dengan alat menangkap ikan sekarang yang menggunakan kantrol dan mesin. Perahu yang digunakan adalah perahu arumbai dengan berbahan dasar hampir 100% dari kayu.

Perahu Arumbai ini sendiri berukuran besar. Perahu ini pada zamannya biasa digunakan untuk alat  transportasi dan alat menangkap ikan. Bentuk arumbai lancip muka belakang dengan ukuran yang sama seperti perahu naga dengan menggunakan mesin tempel. Di atas perahu diletakan perangkap ikan yang terbuat dari benang nilon. Perahu arumbai yang digunakan untuk menjaring ikan biasanya menampung nelayan atau masnait atara 10-20 orang. Hal ini dimaksudkan untuk menarik jaring secara bergotong royong untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang maksimal.

Biasanya sebelum melaut untuk mencari dan menangkap ikan julung, pemilik perahu arumbai atau biasa disapa Tuang Jaring memanggil orang-orang untuk melaut. Kadang juga Tuang Jaring memukul tipa (alat musik tradisonal Maluku) untuk memangggil orang orang untuk melaut (masnait). Para masnait-masnait ini sudah terorganisir tanpa dibagikan tugas atau peran. 

Masnait terbilang tradisonal ini mengandalakan mata telanjang untuk melihat ikan julung. Ikan julung yang tampak sesaat sebelum ditangkap biasanya menunjukan pola-pola tertentu. Ada yang melompat meluncur, ada yang menampakan kawanan ikan di dalam air dan banyak petunjuk yang ditampakan. pola-pola main ikan julung seperti ini menampakan tanda bagi masnait atau pemegang kemudi (Tanasi) untuk mengambil aba-aba untuk siap melayangkan jaringnya untuk menangkap.

Lemparkan ujung jaring segera  (perintah tanasi dengan bahasa lokal Siri Sori Islam adalah Taru Ho") maka dengan segera dua orang dengan segenap tenaga membuang jaring utuh yang terdiri dari pelampung jaring dan timah yang dikaitkan pada tali jaring untuk menjerat. Ikan julung tersebut dikelilingi selingkaran penuh sampai bisa mengambil ujung jaring yang dilemparkan tadi.

Tanpa perintah atau komando, manasit langsung melaksanakan tugas masing-masing untuk memegang ujung jaring belakang, jaring depan dan jiop (Jiop adalah tali panjang yang dikaitkan dengan cincin timah yang turun ke dasar laut yang ditarik ke atas perahu untuk menjebak ikan yang bermain di tengah  jaring yang sudah kelilingi). Semetara tugas Tanasi dan satu masnait memegang bambu dengan umbul-umbul karung beras yang diikat pada pangkal bambu dan diobok-obok ke bawah perahu untuk memastikan bahwa ikan tidak bisa keluar di bawa perahu dan tetap bermain di tengah perangkap.

Jaring depan dan belakang biasanya beranggotakan dua orang atau lebih. Sedangkan pada tali jiop, masnait yang menarik tali ini harus bertenaga dan membutuhkan banyak masnait untuk lebih cepat mengangkat cincin timah ke atas permukaan perahu. Cincin timah sebelum naik ke permukaan perahu atara 4-5 meter, jaring depan dan belakang segera mengecilkan jaring dengan cara menarik isi jaring untuk merampinkan ruang bermain ikan yang ada diperangkap. Ikan akan menampakan tanda-tanda akan tertangkap berupa kilauan sisik atau badan ikan ("kilap" istilah lokal orang Siri Sori Islam) sesaat cincin jaring mau diangkat ke permukaan perahu. 

Pekikan Shalawat Nabi sesaat ikan akan dimasukan ke dalam perahu arumbai. Kalau ikannya tidak terlalu banyak maka ikan langsung ditarik masuk ke dalam perahu. Sedangkan ikan dalam jumlah banyak harus membutuhkan tenaga masnait untuk masuk di bawa sela-sela kaki masnait lain untuk menyapu ikan dengan tangannya untuk masuk ke perahu. Ada juga masnait yang melompat ke laut untuk bantu mendorong ikan masuk ke perahu. 

Hasil tangkapan ikan julung nelayan perahu arumbai kemudian dihitung di dalam perahu untuk dibagikan kepada masnait Sedangkan kalau hasil tangkapannya banyak maka hasil ikan akan dihitung dan dibagikan di darat. Pembagian hasil tangkapan Masnait biasa itu satu bagian, Tanasi atau pemegang kemudi tiga bagian, penjaga arumbai 1 bagian apabila yang bersangkutan tidak ikut serta saat melaut dan sisanya milik tuang jaring atau pemilik perahu. 

Ikan-ikan tersebut akan jual ditempat pelelangan ikan milik tuang jaring. kemudian para pemborong ("papadedeo") akan membeli dan dijual kembali ke pasar atau dijual keliling ke rumah-rumah warga atau kampung-kampung tetangga. Ada juga orang-orang yang membeli hanya untuk kebutuhan makan. Ikan-ikan tersebut bisa dijual mentah apabila perahu arumbai menjual hasil tangkapannya masih pagi atau siang. Sedangkan hasil tangkapan ikan dijual saat sudah sore maka ikan-ikan tersebut kebanyakan di awetkan pakai es atau di asapkan untuk dijual kembali dengan harga yang sudah beda dari ikaan mentah.

No comments:

Post a Comment

"Paparangang Upu Said Parentah"

S. Pikalouhata, S.Pd.,Gr Ambon, 15 Mei 2024 Wahai tuan parentah Sungguh titahmu bergelora menentang maut demi tumpah darah, Kawan lama lari ...