Wednesday, December 13, 2023

Menahan Lelahnya Belajar

Ambon, 13 Desember 2023
Menahan Lelahnya Belajar

S. Pikalouhata, S. Pd

Menjadi guru profesional adalah label yang harus disandang oleh seorang guru. Menjadi seorang guru adalah tugas mulia dengan mengemban amanah yang luar biasa. Guru adalah inspirasi bagi peserta didik maupun masyarakat sekolah. Guru harus di guguh dan di tiru. Semua orang bisa menjadi guru, semua orang bisa mengajar, tapi tidak semua orang bisa mendidik. Mendidik butuh ilmu, dan ilmu itu sendiri adalah buah dari belajar dari seorang guru.
Guru profesional menjadi dambaan setiap insan pendidik. Seyogianya semua itu butuh proses yang namanya belajar. Belajar adalah proses menuju perubahan. Maka tidak ada kata terlambat untuk belajar bagi guru. Menjadi guru profesional dewasa ini butuh pengakuan berupa legalitas secarik kertas berharga yang dengan kertas itu melabelkan seseorang guru menjadi profesional. Sebenarnya, menjadi guru profesional sodari awal menjadi seorang guru yang mampu mengajar, membina, mendidik, mengevaluasi adalah tugasnya seorang guru yang di anggap profesional.

Dalam perjalanannya, menjadi guru profesional haruslah dibuktikan dengan adanya sertifikat pendidik sebagai bukti bahwa guru tersebut telah dilabeli oleh pemerintah melalui proses seleksi panjang baik berupa seleksi preetes maupun melalui undangan resmi bagi guru yang sudah lama mengabdi sesuai dengan ketentuan dan prosedur dari lembaga penyelenggara. 

Tiga bulan kemarin kurang lebih, kami di undang melalui akun SIM PKB kami sebagai calon Mahasiswa PPG dalam jabatan (Daljab). Sungguh menjadi kabar suka duka bagi saya dan keluarga. Karena sebelumnya, menjadi mahasiswa PPG haruslah melalui proses rekrutmen preetes. Mengalir saja hari demi hari tanpa ada rasa beban terkait hal-hal apa yang harus di siapakah. Hingga pada saatnya kami terpanggil untuk menanggalkan status kami sebagai guru dan menjadi mahasiswa. 

Ruangan itu memang tidak nyata. Namun di dalamnya saya temukan keluasan ilmu dan hati penghuninya. Sebab, di ruangan itu terjejer ilmu pengetahuan yang tak terhitung banyaknya.  Keramahan dan keluasan ide yang sering kali dituturkan para penghuni ruangan itu terutama dosen pembimbing, guru pamong menambah simpati saya. Sehingga bagi saya tak ada ruangan yang begitu mengagumkan untuk dikunjungi selain ruangan itu dalam tiga bulan menempa ilmu menjadi seorang guru profesional.

Tak kalah penting, rekan-sejawat yang begitu antusian minta belajarnya dalam ruang virtual maya. Suka, duka lelah, gurawan, motivasi bercampur aduk bak adonan. Rasa was-was menghantui pikiran akan tugas-tugas tagihan dalam LMS. Kesemuanya itu hilang dengan seketika ketika semua permasalahan itu dibagi dalam percakapan baik person to person maupun dalam grup WhatsApp kami. Ini lah keluarga kami dalam kemanusian sebagai insan pendidik yang merasakan getar ketirnya perjuangan yang singkat namun melelahkan.

Suatu waktu dilarut malam saat menyelesaikan tagihan perkuliahan,  saya teringat dengan sebuah bacaan inspiratif dari seorang ulama fiqih yang mashur dan dikenal sebagai imam Mazhab Al Imam Syafi'i. Semoga Allah merahmatinya. 

من لم يذق مر التعلم ساعة, تجرع ذل الجهل طول حياته

“Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan”.

Kalimat itu mungkin singkat, namun memiliki pesan yang sangat dalam bagi para penuntut ilmu kapan pun dan di mana pun. Itulah sebabnya kenapa saya masih bertahan dalam proses perkuliahan yang singkat namun sangat padat dan syarat pengetahuan ini. Dari motivasi itulah kemudian mengantarkan saya terus berpacu dengan kerasnya perkuliahan PPG hingga saat ini. 

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, itulah nama LPTK yang memfasilitasi perkuliahan Pendidikan Profesi Guru jurusan Matematika yang kami ampuh. Luar biasa pelayanannya, luar biasa pengajarnya, luar biasa pengalaman yang kami dapat. Admin grup yang penyabar dalam pelayanan. Tak kenal lelah menjawab keluh kesah, pertanyaan dan lain-lain. Dosen pembimbing satu dan dua, guru pamong yang super profesional dalam mendidik, membina dan mengarahkan. Rasa ini membuncah ketika saya sebagai seorang guru merasa kecil di hadapan orang yang berilmu dan adab yang dipertontonkan dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Rasa kagum itu tidak lantas membuat iri menjadi syirik. Merintih hati merasa kalah dengan apa yang saya miliki sebagai seorang pendidik. 

Proses belajar memang tidak mudah dan sangat melelahkan bahkan membosankan. Namun ketahuilah bahwa sengsara itu pasti membawa nikmat tergantung siapa yang pandai bersyukur dengan menahan pedihnya belajar. Bagi seorang yang belajar namun tak menuliskannya, maka ibarat ia menangkap hewan buruan, kemudian meninggalkannya tanpa ikatan, maka lepaslah sudah. Maka antara membaca, mendengarkan, meresapi dan menulis merupakan satu kesatuan dalam menuntutu ilmu. Itulah tempaan ilmu yang luar biasa diproses PPG yang baru usai ini

Nikmat sehat, iman dan ilmu semoga apa yang di ajarkan dan apa yang dibelajarkan menjadi berkah, amal jariyah dikemudian hari. Begitu juga dari proses PGG yang sudah di lalui ini dapat kami lewati dengan hasil yang memuaskan dan menggembirakan bagi kami dan keluarga kami. 

Sejatinya ilmu adalah sesuatu yang ditancapkan pada sanubari seseorang bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Waallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment

"Story dalam Awwole"

Oleh S. Pikalouhata, S.Pd.,Gr  Gadihu, 1 Mei 2024 Di persada bumi Honimoa, Siri Sori Islam bersemi dengan sejarahnya, Disanalah silaturahmi ...