Sumber gambar : di sini |
Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita banyak tau. Dengan sering membaca tentunya sangat bermanfaat untuk masa depan. Seakan-akan dengan membaca, dunia ini mudah untuk kita jelajahi. Begitu juga minat baca anak usia tingkat sekolah dasar. Membaca adalah aktifitas merangkai huruf menjadi kata dan merangkai kata menjadi kalimat. Aktifitas seperti ini tentunya akan megasah anak sedari awal.
Seperti biasanya aktifitas proses belajar mengajar daring dan luring di rumah-rumah siswa berjalan normal. Namun dengan beberapa pertimbangan anak-anak saya bolehkan belajar di sekolah. Keuntungan belajar di rumah siswa pelajaran cepat diserap dan dipahami. Kekurangnnya anak kurang berkreatifitas dan waktu bermain bersama teman sekelas di rumah siswa tidak bisa bebas seperti di lingkungan sekolah. Karena kasihan kepada anak-anak makanya saya coba beranikan diri untuk mengajar di sekolah.
Pagi tadi saya coba memberanikan diri mengajar luring di kelas. Biasanya saya belum berani untuk mengajar di kelas mengingat belum ada aturan dari pemerintah yang mengharuskan sekolah normal di zona kuning. Tapi ada beberapa guru yang sudah mengajar di sekolah dengan izin dari pemerintah dengan ketentuan mengajar di kelas tidak boleh lebih dari satu jam, belajar dalam kelompok kecil, mematuhi prokes dan belum bisa berseragam seperti sekolah-sekolah normal pada umumnya.
Literasi baca seperti biasanya kita awali kelas selama lima sampai sepuluh menit. Dengan mengamati satu persatu siswa, ada salah satu siswa yang ketahuan belum bisa membaca lancar dan masih tertatih-tatih merangkai kata. Sebut saja El (bukan nama sebenarnya). Siswa tersebut saya pisahkan dari teman-temannya dengan jaminan akan mendapat pelayanan khusus setelah jam mengajar selesai. Sedikit kaget kenapa siswa di sekolahan saya masih ada yang belum bisa baca di kelas atas. Benar saja ternyata siswa tersebut adalah siswa pindahan dan jarang mengikuti proses daring dan luring di rumah siswa. Dari pengalaman proses KBM tersebut setidaknya bisa sedikit tau latar belakang siswa saya dengan kelebihan dan keurangan masing-masing.
Dengan sisa-sisa tenaga setelah mengajar, saya langsung melayani siswa tersebut guna memberikan pelayanan dan bimbingan baca tulis. Ulet, Sabar itu yang penting. Setengah jam saya coba dampingi dan saya berkomitmen anak tersebut setidaknya bisa membaca lancar. Setengah jam berlalu jemputan anak tersebut datang dan saya panggil untuk membicarakan beberapa hal terkait perkembangan belajar anak. Saya titipkan anak untuk lebih giat lagi belajar di rumah dalam pengawasan orang tua.
Lingkungan rumah keluarga adalah sekolah pertama. Guru pertama anak adalah orang tua. Di rumah, orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak, salah satunya adalah dengan membaca dan menulis. Selayaknya anak harus mendapat pelayanan belajar utama itu adalah keluarga. Orang tua tidak sepenuhya menyerahkan urusan pendidikan anak ke sekolah atau guru. Olehnya sinergitas orang tua dan guru tetap terjalin guna kepentingan belajar anak.
No comments:
Post a Comment