Di awal tahun 2011 saya ditawari oleh kepala sekolah untuk memberikan bimbingan les tambahan di rumah siswa. sebelumnya itu kepala sekolah sudah dihubungi oleh orang tua untuk mencari salah satu guru matematika untuk memberikan les kepada anaknya yang saat itu duduk di kelas IV. Saat itu Kepala sekolahnya adalah Ny. H. Wattiheluw, S.Pd dan orang tua yang menghubungi beliau adalah ibu Ade. Istri dari Bpk Wakil Wali Kota Ambon Bpk. M. A. S. Latuconsina, ST,.MT.
Pada awalnya saya menolak tawaran tersebut dikarenakan belum punya pengalaman. Di satu sisi status saya saat itu di sekolah adalah tenaga honorer Tata Usaha merangkap guru matematika kelas IV yang diperbantukan dengan ijazah diploma II ( sat itu belum Kuliah S1 jurusan pendidikan matematika). Artinya pendidikan guru yang saya dapatkan dibangku kuliah bukanlah spesialis pendidikan matematika. Tetapi di Sekolah Dasar, guru kelas diwajibkan menguasai semua bidang studi atau pelajaran.
Dengan terus didesak oleh Kepala sekolah, dengan berat hati akhirnya saya menerima tawaran tersebut. Alasan utamanya adalah saya ingin mencari pengalaman.
Dengan memantapkan niat, saya mulai melangkahkan kaki keluar dari rumah menuju tempat bimbingan belajar siswa di karang panjang perumahan wakil walikota Ambon dengan menaiki angkot. Hari mulai sore menjelang magrib, perasaan Grogi, panik, dan kaku ketika kaki ini mulai memasuki rumah dinas orang nomor dua di Kota Ambon. Karena 1 jam sebelumnya saya baru diberitahukan oleh kepala sekolah untuk memberikan bimbingan les.
Saat itu bapak wakil walikota bersama istri sedang berada di luar Ambon. Jadi saya hanya diamanatkan untuk bisa membimbing belajar anaknya dengan baik. Siswa yang mau di privat datang menghampiri. Jantung berdebar pikiran tidak karuan karena kebetulan lesnya di ruang keluaraga. Bergumam dalam hati, mau memulai dari mana les atau privat hari pertama ini.
Tak lama berselang, wejangan ala kadarnya ditawari bibi (orang yang bekerja di rumah kediaman wawali). Jantung berdenyut mulai agar normal karena ada sesuatu yang mengalihkan pikiran. Basa-basi awal private mulai saya buka. Dengan sedikit berbicara dan bertukar pikiran dengan siswa tersebut, saya mulai merasa tenang.
Les atau privat hari pertama ini tidak saya mulai dengan pelajaran matematika. Hari pertama saya dan siswa lebih banyak bercerita pengalaman seputaran lingkungan sekolah dan kelas. Siswa tersebut mulai merasa nyaman dan banyak bercerita tentang kelebihan dan kekurangannya di kelas saat menerima pelajaran. Momentum inilah yang saya ambil sebagai apersepsi di awal bimbingan belajar privat.
Hati menjadi lega karena bisa mengetahui sedikit latar belakang siswa tersebut. Kami mulai menyusun jadwal pertemuan les berikutnya. Agenda pertemuan les yang kami rencanakan adalah seminggu tiga kali tatap muka. Les hari pertama telah selesai.
Tidak terasa, pertemuan saat itu berselang hampir 1 jam. Saat waktunya mau pulang, saya diberitahu oleh siswa bahwa nanti akan diantar oleh supir ke rumah. Dengan sedikit rasa canggung, akhirnya saya mengiyakan untuk diantarkan.
No comments:
Post a Comment