Friday, May 22, 2020

Terburu-buru Menyebarkan Berita dan Termakan Berita

Oleh : S. Pikalouhata, S. Pd


Dimasa sekarang, teknologi semakin maju, peradaban manusia mulai berubah pola pikir. Ketika arus informasi demikian mudahnya diakses, seringkali tanpa berfikir panjang kita langsung menyebarkan (men-share) semua berita dan informasi yang kita terima, tanpa terlebih dahulu meneliti kebenarannya.
Parahnya, orang-orang yang terjebak untuk mempercayai informasi salah tersebut, bahkan bisa terjadi di kalangan terdidik.

Tabayyun merupakan salah satu tradisi umat islam yang dapat dijadikan solusi untuk memecahkan masalah. Tradisi ini digunakan terutama untuk menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Dewasa ini, kita dengan sangat mudah men-share berita, entah dengan menggunakan media sosial semacam facebook, atau aplikasi whatsapp, atau media online lainya.

Akibatnya, muncullah berbagai macam kerusakan, seperti kekacauan, provokasi, ketakutan, atau kebingungan di tengah-tengah masyarakat akibat penyebaran berita semacam ini yang belum diperiksa kebenaran, konfirmasi kevalidan sebuah informasi. Periksalah kebenaran sebuah berita atau informasi dengan cermat. Janganlah kita tergesa-gesa menyebarkan berita tersebut, karena sikap seperti ini hanyalah berasal dari setan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.” (HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra 10/104 dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 3/1054)

Allah Ta’ala pun memerintahkan kepada kita untuk memeriksa suatu berita terlebih dahulu karena belum tentu semua berita itu benar dan valid. periksalah suatu berita dengan teliti, yaitu mencari bukti-bukti kebenaran berita tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan menelusuri sumber berita, atau bertanya kepada orang yang lebih mengetahui hal itu.

Secara umum, orang-orang yang mudah percaya dengan berita atau informasi yang belum tentu benar, sebenarnya mengalami bias dalam berpikir. Hal ini bisa terjadi pada siapa pun, baik mereka yang mempunyai level intelegensi tinggi maupun rendah.
Mereka yang mengalami bias berpikir cenderung akan mudah menerima pemberitaan tanpa mencoba untuk mengklarifikasinya, “taken for granted.” Hal itu bisa terjadi karena beberapa efek yang muncul dari bias bepikir seperti prasangka buruk, stereotip dan cenderung mengingat hal buruk dari kelompok, Ras, suku lainnya.

Menurut para ahli, semakin banyak seseorang mendengarkan ide, semakin besar kemungkinan seseorang mempercayai ide tersebut sebagai hal yang benar.

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Jangan pula kalian memata-matai dan saling menggunjing. Apakah di antara kalian ada yang suka menyantap daging bangkai saudaranya sendiri? Sudah barang tentu kalian jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allaah Maha menerima taubat dan Maha Penyayang. [al-Hujurât/49:12].



"Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung siapapun dan kelompok manapun, tulisan ini hanya sebagai pengingat nasehat menasehati bagi saya dan bagi kita semua bahwa fajar sya'wal sebentar lagi tiba. Sucikan Hati, bersihkan jiwa menyambut hari kemenangan"

TAKABBALULLAH MINKUM
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN
MAAF LAHIR BATHIN
S. PIKALOUHATA, S. PD & KELUARAGA

SAFAKUMULLAH KHAIR WAW LOLOOKO SE PANDEMI COVID-19 EHE.



No comments:

Post a Comment

"Story dalam Awwole"

Oleh S. Pikalouhata, S.Pd.,Gr  Gadihu, 1 Mei 2024 Di persada bumi Honimoa, Siri Sori Islam bersemi dengan sejarahnya, Disanalah silaturahmi ...